Lesson Learned: Pengalaman Belajar Sosial Kultural

Nina
Kategori Berita: Artikel PAUDNI 09 September 2022 | Dibaca 342x Diposting oleh: Nina
Oleh: Firna Sari, S.Si., M.Pd. (PTP Ahli Muda)  

Sosial Kultural merupakan kompetensi yang wajib dimiliki oleh ASN. Berdasarkan Peraturan Menteri PAN-RB No. 38 Tahun 2017 Tentang Standar Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN), salah satu kompetensi yang diperlukan seorang ASN dalam menjalankan tugas dan fungsinya adalah Kompetensi Sosial Kultural, yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi, dan jabatan.  

Kompetensi ini sangat relevan karena situasi sekarang ini membutuhkan kompetensi sosial kultural yang lebih tinggi. Bila kompetensi sosial kultural dimiliki, maka akan mengubah seseorang menjadi adaptif, menyesuaikan dengan baik di berbagai lingkungan, sehingga eksis di setiap pekerjaannya.

Pengalaman belajar ini dibuat setelah penulis mengikuti Pelatihan Sosial Kultural Angkatan IV bagi ASN di lingkungan Kemendikbudristek, pada tanggal 28 Agustus s.d. 3 September 2022 bertempat di BBGP Provinsi DI Yogyakarta. Pelatihan diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kemendikbudristek.  

A.       
Ringkasan Pembelajaran

Presiden Joko Widodo telah resmi meluncurkan Core Values ASN meliputi Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif yang disingkat BerAKHLAK, sedangkan Employer Branding ASN adalah Bangga Melayani Bangsa, bertujuan untuk menyeragamkan nilai-nilai dasar (Core Values) bagi seluruh ASN Indonesia sehingga dapat menjadi pondasi budaya kerja ASN yang profesional. Hal ini sejalan dengan tata nilai Kemendikbudristek yang meliputi integritas, kreatif dan inovatif, inisiatif, pembelajar, menjunjung meritokrasi, terlibat aktif, dan tanpa pamrih.
Fungsi ASN terdiri atas 3 (tiga) yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa. Maka ASN perlu memahami keanekaragaman kebudayaan di Indonesia dan fungsinya sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Memahami kebhinekaan untuk memperkuat persatuan Indonesia adalah dengan membangkitkan semangat ke-Indonesiaan dan merawat ingatan bersama tentang alasan kita harus bersatu dalam "rumah besar" bernama Indonesia ini. Dengan begitu, akan diperoleh inspirasi dan pengetahuan sehingga nilai-nilai perjuangan dapat menjadi dasar acuan dalam bertindak dan bertingkah laku.
Sistem nilai budaya merupakan keterkaitan antarunsur yang saling menyatu untuk mewujudkan sebuah tujuan tertentu melalui konsep-konsep kualitas kehidupan yang sebaiknya diinginkan untuk dilakukan sebagai bangsa. Seluruh penyelenggaraan negara beserta bangsanya menjalankan nilai-nilai yang telah disepakati sejak kemerdekaan berdasarkan Pancasila. Selain itu, dikuatkan kesadaran nilai Sumpah Pemuda. Kekuatan nilai-nilai sebagai bangsa Indonesia yang ditunjang oleh semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila, Sumpah Pemuda, dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi sistem nilai budaya bangsa Indonesia. Dengan begitu, kekuatan paradigma nilai budaya bangsa ini akan menjadikan bangsa Indonesia kuat dan solid dalam menghadapi tantangan dunia global, baik masa kini maupun masa yang akan datang.
Kemajemukan dan kerja sama antarindividu ataupun antarkelompok masyarakat dalam perspektif historis dapat ditinjau dari genealogi yang majemuk yang meliputi suku (1.340 suku bangsa), agama (diakui/tidak diakui) dan kepercayaan, ras (ras malayan-mongoloid, ras melanosoid atau melanesia, ras asiatic-mongoloid, ras kaukasoid-indic), antargolongan (status sosial, Pendidikan, dan jabatan, ideologi atau politik, dan daerah/adat), gender, dan kelas ekonomi. kemajemukan sosial budaya Indonesia sebagai modal dalam pembangunan dengan menerapkan prinsip kesetaraan individu, inklusif, dan nondiskriminatif.
Kemajemukan masyarakat kontemporer dalam perspektif antropologis dapat diantisipasi dengan teori relativisme budaya yang secara fundamental dapat (1) memahamkan bahwa tidak ada budaya yang lebih unggul daripada budaya lain, (2) mengatasi etnosentrisme, xenophobia dan rasisme, (3) dan mengatasi tantangan terhadap kemajemukan masyarakat baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.
Konflik dan harmoni selalu berdampingan dalam tatanan masyarakat. Penguatan nilai-nilai kearifan lokal sangat perlu agar lebih mengedepankan sikap harmoni. Keberagaman bukan hanya fakta kehidupan, tetapi bagian dari Kehendak dan Rencana Ilahi yang harus diterima dan disyukuri. Tidak ada paksaan dalam hal iman, setiap orang memiliki hak dan kebebasan untuk menentukan agama dan kepercayaannya dan berkewajiban untuk saling menghargai satu sama lain.
Kebhinekaan dalam perspektif keagamaan disampaikan oleh para pemuka agama Islam, Katolik, Hindu, dan Kepercayaan. Pembelajaran disampaikan terkait sikap bangsa Indonesia yang bisa menerima keberagaman agama dan kepercayaan. Pada kenyataannya di Indonesia meskipun agama berbeda tapi bangsanya dapat hidup berdampingan dengan damai.
Pembelajaran juga dirangkai dengan ekskursi melalui visitasi dengan topik Kebhinekaan dalam perspektif kebudayaan. Visitasi dilakukan dengan mengunjungi Sekolah Sanggar Anak Alam dan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja. Dari kedua lokus tersebut terdapat nilai-nilai budaya yang dapat diambil pelajaran yaitu integritas dalam mengembangkan budaya dan pendidikan sebagai alat untuk membantu dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Setiap individu memiliki keunikan tersendiri, sehingga kita harus menerima perbedaan tersebut dengan lapang dada. Individu yang berbeda perlu diberikan ruang terbuka untuk mengekplorasi dirinya untuk terus berkembang dengan tetap memegang batasan jaga diri, jaga teman, dan jaga lingkungan. Maka hubungan antar individu yang berbeda akan selaras. Dari hasil visitasi ini dapat disimpulkan bahwa konsep belajar dari alam dan praktik seni sebagai bagian penting untuk pelestarian budaya masyarakat Indonesia.  

B.       
Pengalaman belajar yang diperoleh

Banyak pengalaman belajar yang diperoleh dari pelatihan selama ini. Fasilitator yang dihadirkan adalah orang-orang hebat yang bisa menjadi motivasi bagi peserta untuk meningkatkan kompetensi diri sehingga berusaha menjadi ASN yang unggul di masa depan, bersemangat dalam berkarya lebih produktif, membuka diri untuk terus belajar dimanapun, kapanpun, dari siapapun dan dalam segala kondisi lingkungan, serta meningkatkan integritas dan komitmen.  

C.       
Adopsi dan adaptasi yang dilakukan untuk diri sendiri

Setelah mengikuti pelatihan sosial kultural, maka banyak hal yang dapat diadaptasi dalam melakukan pekerjaan sebagai ASN dengan jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran, sebagai berikut:
  • ASN berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa, harus menampilkan sikap dan perilaku yang peduli nilai-nilai keberagaman dan menghargai perbedaan.
  • Membangun hubungan baik antar individu dalam organisasi, mitra kerja, dan pemangku kepentingan.
  • Bersikap tenang, mampu mengendalikan diri dalam menghadapi pertentangan yang ditimbulkan perbedaan latar belakang, agama atau kepercayaan, suku, gender, sosial ekonomi, dan preferensi politik di lingkungan sekitar.
  • Menjalin erat persatuan dalam keberagaman.
  • Mempromosikan sikap keterbukaan dan menghargai perbedaan.
  • Melakukan pemetaan sosial masyarakat, sehingga dapat memberikan respon yang sesuai dengan budaya yang berlaku.
  • Mengidentifikasi potensi kesalahpahaman yang diakibatkan adanya keragaman budaya yang ada sekaligus menjadi mediator menyelesaikan konflik atau mengurangi dampak negatif dari konflik atau potensi konflik.
D.     Adopsi dan adaptasi yang dilakukan di satuan kerja/unit kerja

Memberikan pelayanan yang prima pada publik tanpa membedakan SARA, mengutamakan kerjasama/kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, saling menghargai sesama rekan dengan segala perbedaaan yang ada, serta senantiasa berperan menjaga tatanan sosial dengan menjalin erat persatuan dalam keberagaman.
(Sumber Berita: firna)

[ Download Artikel ]

Nina
Kategori Berita: Artikel PAUDNI 09 September 2022 | Dibaca 342x Diposting oleh: Nina

Komentar Anda

Agenda

  • Agenda
    🕔14 Juli 2022

    Bimtek Pelaksanaan Assesmen Diagnostik pada Satuan Pendidikan Pelaksana IKM Mandiri di Kab./Kota

  • Agenda
    🕔04 Juli 2022

    Bimbingan Teknis Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)

  • Agenda
    🕔25 Juni 2022

    Sosialisasi Aktivasi dan Pemanfaatan Akun Pembelajaran

  • Agenda
    🕔22 Juni 2022

    Refleksi Kegiatan Refleksi Implementasi Program PSP dan Digitalisasi Sekolah di Kab./Kota se Provinsi Sulawesi Selatan

  • Agenda
    🕔28 Oktober 2021

    Bimbingan Teknis Supervisi Satuan PAUD dan Dikmas Tahun 2021

Selengkapnya